Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS Al A’raf 7:96) Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya Berlaku terhadapnya Perkataan (ketentuan kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (QS Al Isra’ 17:16) Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa (QS Al An’am 6:44).

06 Juli 2011

Moral Bangsa Runtuh, Islam Solusinya

alt
KH Abdul Rasyid AS
Pemimpin Umum Perguruan Islam Asy Syafi’iyyah, Jakarta


Kejujuran semakin langka ditemukan dikalangan bangsa Indonesia apalagi para pemimpinnya. Jika ada satu orang yang jujur, justru akan mengalami kehancuran. Kasus contek massal yang terjadi pada sebuah SD di Surabaya, menjadi fakta nyata dan hanya merupakan fenomena gunung es dari ujian nasional. Karena Ibu Siami jujur dan membuka kasus itu, justru diusir dari kampung halaman dan terpaksa mengungsi ke Gresik.


Ketidak jujuran rakyat dimulai dari ketidak jujuran para pemimpinnya. Para pemimpin bangsa Indonesia mayoritas berperilaku tidak jujur seperti melakukan korupsi, kolusi, manipulasi, suap dan sebagainya. Kasus Pilkada di berbagai daerah bisa menjadi fenomena politik yang sangat merugikan sekaligus memprihatinkan bagi bangsa Indonesia.

Berikut ini wawancara Tabloid Suara Islam dengan ulama asli Betawi yang juga Pemimpin Umum Perguruan Islam Asy Syafi’iyyah Jakarta, KH Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie seputar kejujuran dan bagaimana solusinya.      

Bagaimana komentar pak Kyai dengan adanya kasus contek massal di Surabaya yang menghebohkan itu ?

Sebagai umat Islam dimana dienul Islam menjadi  agama Allah yang diberikan melalui Rasul terakhir Nabi Besar Muhammad SAW. Rasulullah SAW mempunyai sifat sifat mulia diantaranya shidiq, amanah, tabligh dan fathonah. Shidiq artinya Rasululah SAW itu jujur dan benar, bahkan sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul telah memiliki sifat sifat yang mulia. Kejujurannya dan benar di dalam kata-kata. Amanah yakni mampu menjadi pemegang amanah yang terpercaya sehingga sebelum menjadi  Nabi telah melekat pada dirinya sifat amanah dengan gelarnya Al Amin, berarti yang dapat dipercaya. Tabligh yakni kemampuan untuk menyampaikan apa-apa yang Rasul terima dari Allah SWT. Fathonah berarti Nabi seorang yang cerdas, pandai dan cendekiawan.

Dengan demikian benar atau jujur ini merupakan salah satu sifat yang terpenting  disaat anak didik sebagai pelajar, maka guru yang digugu dan ditiru, sewajibnyalah dalam melaksanakan tugasnya harus memberikan contoh keteladanan dan menjadi seorang yang berkepribadian, jujur dan benar, termasuk dalam pelaksanan ujian nasional. Sangatlah tercela kalau sebagai seorang pendidik menyuruh dan memerintahkan kepada muridnya untuk menyebarkan jawaban yang telah dihasilkan oleh seorang anak yang cerdas, seperti kasus di Surabaya. Anak tersebut diminta wali kelasnya untuk mengedarkan jawabannya kepada teman-temannya, kemudian menjadi kasus yang menghebohkan secara nasional. 

Tentu persoalan contek massal harus dijauhi dari sekarang agar murid bersikap jujur dan menjadi kewajiban guru dalam mendidik murid-muridnya. Seperti guru dan pimpinan sekolah harus disiplin untuk berlaku jujur dan para murid ditekankan berperilaku jujur, inilah yang utama sekali. Manakala anak tersebut telah menjadi pemimpin, diharapkan menjadi pemimpin yang jujur dan memiliki sifat-sifat utama lainnya.

Kasus contek massal, apakah menunjukan mundurnya dunia pendidikan meski mendapat anggaran 20 persen APBN atau Rp 240 triliun ?

Saya kira ini langkah mundur, sebab sulit membayangkan bisa tercipta akhlakul karimah sebagai salah satu kejujuran. Untuk anak bisa menguasai ilmu akan menjadi anak yang cerdas dan pandai manakala dibiasakan jujur. Memang dulu belum pernah tersebar seperti sekarang ini. Memang saya pernah mendengar ada oknum dinas pendidikan yang tidak jujur dengan menawarkan kepada sekolah tertentu kalau mereka ingin mendapat bocoran soal atau bocoran jawaban. Rumor sudah kita dengar sejak lama. Maka kami menghimbau marilah jangan kita jadikan anak didik sebagai korban dari usaha atau perilaku ketidakjujuran yang diprioritaskan secara vulgar. Ini akan membawa dampak negatif bagi generasi dimasa depan.

Sebagai seorang tokoh pendidikan, apakah dengan kasus ketidak jujuran dalam dunia pendidikan ini, akan mempengaruhi murid  menjadi koruptor ketika nantinya menjadi pejabat ?

Jika tidak segera diatasi secara tuntas, bisa berakibat  bahaya besar untuk generasi mendatang, mulai dari tingkat terendah hingga tertinggi. Seperti dikalangan mahasiswa membuat skripsi dengan mencontek. Sebagai salah seoarang yang melayani para penuntut ilmu (khodimu tholabah), marilah kita berpedoman kepada perintah Allah SWT dalam firman Nya: “Jadilah kamu berkumpul bersama kelompok yang jujur dan kelompok yang benar dalam tingkah laku maupun perbuatan”.

Jangan karena mengejar materi atau uang jutaan rupiah, maka tergiur dan melakukan hal yang tercela dan terlarang seperti membocorkan rahasia ujian yang seharusnya dijaga dengan baik. Marilah kita mengupayakan untuk menjadikan generasi mendatang sebagai gererasi yang mulia berakhlakul karimah, bukan sebaliknya yang hancur-hancuran dan berlaku tidak jujur. Saya kira penyebabnya seperti masalah belajar dan banyak main-main, Apalagi cenderung godaannya semakin banyak seperti adanya mal, tempat rekreasi, warung internet, musik, VCD dan sebagainya. Menyebabkan mereka malas belajar dan ketika datang ujian mengambil jalan pintas dengan berlaku tidak jujur dengan mencari bocoran.

Apakah aksi semacam ini menunjukkan sedang runtuhnya sendi-sendi akhlak bangsa ?

Saya sependapat ! Karena itu obatnya adalah dalam rumah tangga. Contoh terbaik adalah seorang ibu sekaligus ustadah, guru dan pendidik, demikian juga ayah. Dalam rumah tangganya sejak awal untuk menanamkan anaknya agar giat belajar dengan menambahkan akhlakul karimah melalui sifat jujur dan benar. Kemudian memperkokoh melalui lembaga pendidikan sejak TK hingga PT.  

Kita diperintahkan Allah SWT melalui firman Nya: “Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan ahlimu (keluargamu) dari siksa api neraka.” Ajarkan kepada mereka kewajiban agama seperti sholat, puasa dan sebagainya. Anak-anak ajarkan dan didik untuk berakhlakul karimah seperti kejujuran. Kalau anak berbohong atau berdusta harus ditegur, manakala orang tua mengetahui wajib menegur anaknya dengan teguran yang mendidik agar terbiasa bersikap jujur.

Menurut Pak Kyai, siapa yang paling bertanggungjwaab terhadap kehancuran akhlak bangsa ini ?

Sebagai umat Islam Indonesia sebagaimana di belahan dunia manapun, mari kita berakhlakul karimah dengan contoh utama Nabi Muhammad SAW. Firman Allah SWT: “Sungguh bagimu pada diri pribadi Rasulullah Muhammad SAW contoh teladan yang baik bagi orang yang mengharap pahala dari Allah dan balasan di hari kiamat dan dia mengingat Allah dengan ingatan yang banyak”.

Rasulullah SAW berjuang selama 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah berhasil sehingga Islam tersebar ke seluruh pelosok bumi Allah, Kepada para pemimpin pemerintahan dan negara, kita berusaha keras untuk menyelamatkan bangsa dan negara diantaranya dengan jujur dan benar, agar bisa mengendalikan diri melawan hawa nafsu dan godaan untuk berbuat KKN. Jika dibiarkan dan tidak ada perbaikan pada perilaku jujur, maka bangsa ini akan hancur, terpuruk bahkan bukan mustahil akan lenyap dari dunia ini karena tidak ada yang bisa diharapkan manfaat dan faedahnya, manakala ketidakjujuran seperti korupsi dan suap semakin membudaya dan tersebar luas dari yang tertinggi sampai terendah dari tingkat kelurahan hingga RT, sedangkan masyarakat terkecil adalah rumah tangga.

Mari kita perbaiki diri kita dan berupaya untuk berhias memiliki akhlakul karimah atau akhlak terpuji, dimana dilandasi dengan iman dan aqidah. Mari kita laksanakan syariat Islam secara kaffah dan totalitas, karena Allah memberi kesempatan luar biasa hidup hanya sekali saja di dunia ini. Inilah saat hidup yang terpenting bagaimana kita mengisinya dengan baik. Bagi umat Islam di hari kiamat nanti di surga atau neraka. Surga bagi hamba Allah yang beriman dan bertaqwa, sedangkan neraka bagi hamba Allah yang tidak beriman dan bertaqwa serta mengerjakan dosa besar tanpa meminta ampun kepada Allah.    

Kita mengenal siksa Allah akibat dosa dan maksiyat yang dikerjakan tanpa minta ampun. Kita wajib berusaha menjadi hamba Allah yang beriman dan bertaqwa, dimana kita selalu menyebut firman Allah: “baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofuur.” Suatu negeri yang sejahtera makmur dan dinaungi Allah Yang Maha Pengampun. Alangkah indahnya jika kita bertekad menuju kesana. Kita bisa berpedoman pada firman Allah: “Andaikan penduduk negeri beriman dan bertaqwa, niscaya Kami akan bukakan pintu keberkahan dari langit dan bumi.”

Alhamdulillah, kita wajib bersyukur karena Allah telah menganugerahi cahaya iman masuk kedalam hati sanubari kita. Mari kita rawat secara baik dengan melaksanakan perintah Allah. Iman jangan sampai dirusak manakala berbuat maksiyat yang menghancurkan iman, seperti tindakan asusila, pornografi, perzinahan, minuman keras, narkoba, korupsi, mencuri, merampok, suap menyuap yang akan menghancurkan iman. Sabda Nabi Muhammad SAW: “Tidak beriman orang yang sedang berbuat zina. Tidak beriman orang yang sedang minum minuman keras. Tidak beriman orang yang mencuri.”   

Kita patut ngeri terhadap Hadis Nabi SAW tersebut yang merupakan ancaman keras bagi pelaku maksiyat. Mari kita hindari kalau ingin selamat dunia dan akhirat. Manakala beriman dan bertaqwa kepada Allah, dijamin akan dibukakan pintu keberkahan dari langit dan bumi. Allah SWT akan menurunkan hujan secara teratur yang membuat tanah menjadi subur yang diperlukan manusia. Namun manakala umat dibawa dan diarahkan kepada ganguan iman dan taqwa, niscaya keinginan untuk mencapai negara makmur dan sejahtera hanya impian belaka dan mustahil bisa tercapai,

Jika akhlaq bangsa Indonesia sampai hancur, bagaimana dampaknya terhadap umat Islam yang mayoritas ?

Betul ! Manakala suatu umat atau bangsa tidak berakhlak, maka bangsa itu akan hilang lenyap. Ada perkataan hikmah: “Suatu umat atau bangsa akan muncul dengan baik selagi bangsa itu berakhlak utama. Namun manakala akhlak utama itu sirna, maka lenyap pulalah umat dan bangsa tersebut.”  Naudzubillah min dzalik. 

Diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan budi pekerti yang utama. Hadis Nabi Muhammad SAW: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak kamu semua.” Maka dengan kegigihan Nabi Muhammad SAW untuk berjuang dakwah ilallah, dengan memberikan keteladanan dan menjadi contoh para sahabatnya, maka bangsa Arab yang tadinya tidak ada sebutannya selama ratusan tahun dalam lintasan sejarah berubah menjadi bangsa yang beradab dan mulia dengan peradaban tinggi mengikuti keteladanan dan syariat Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Dari menyembah berhala menjadi mentauhidkan Allah, dari minum minuman keras menjadi umat yang berakhlakul karimah. Tadinya mereka mengubur anak perempuan hidup-hidup berubah menjadi bangsa yang berperilaku luhur.   

Apakah Islam bisa menjadi solusi untuk memperbaiki akhlaq bangsa Indonesia agar tidak semakin tengelam ?
 

Bahwa Islam dinullah yang sudah lengkap sempurna dijamin Allah SWT berdasarkan ayat Al Qur’an yang diterima Rasulullah SAW ketika Haji Wada’: “Pada hari ini Aku telah sempurnakan  untukmu agamanmu dan Aku telah cukupkan nikmat Ku dan Aku ridho bagimu Islam sebagai agama”.
 

Jadi dinul Islam yang intinya mentauhidkan Allah SWT, tidak ada Tuhan yang layak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Keimanan dan kepercayaan yang kokoh kuat dan keyakinan bahwa tidak ada Tuhan yang disembah melainkan Allah, maka kita sebagai hamba Allah berkewajiban untuk menjalankan ibadah mengabdi kepada Allah Rabbul Alamin, yang telah menciptakan dan memberikan berbagai karunia yang tidak terhitung banyaknya.

Kewajiban kita mentauhidkan Allah, setelah itu sebagai bukti dari iman kita itulah amal sholeh dengan taat kepada Allah SWT. Maka kita dalam beragama Islam berkewajiban untuk melaksanakan seluruh perintah Allah. Firman Allah: “Masuklah kamu ke dalam Islam secara menyeluruh.” Maka dalam Islam kita mengenal rukun Islam, yaitu dua kalimat syahadat. Mari kita rawat sebaik-baiknya kita tanamkan kedalam hati. Setelah itu perlakukan kita jangan menyimpang dan bertentangan dengan kandungan dua kalimat syahadat. Setelah itu  sholat lima waktu, zakat, puasa ramadhan dan beribadah haji.

Kemudian landasannya adalah iman dan akidah, dimana rukun iman ada enam yakni iman kepada Allah, MalaikatNya, KitabNya, RasulNya, Hari Akhir dan iman kepada Taqdir. Keenam rukun iman itu kita tanamkan sekuat-kuatnya dan harus dirawat dengan baik, karena kalau tidak dirawat bisa berkurang. Disebutkan dalam Hadis: “Iman itu bisa berkurang dan bertambah.” Berkurang manakala berbuat dosa dan bertambah manakala berbuat kebaikan, berakhlakul karimah dan beribadah kepada Allah SWT.  

Menginggat umat Islam mayoritas mutlak di Indonesia, maka tidak ada pilihan lain kecuali umat Islam berkewajiban untuk melaksanakan ajaran Islam secara seksama dan ikhlas. Tentu saja diawali dengan melakukan kewajiban menuntut ilmu. Menuntut ilmu suatu kewajiban yang tidak boleh diabaikan. Hadis Nabi: “Pelajarilah olehmu ilmu karena ilmu itu jiwanya amal.” 

Apa nasehat pak Kyai kepada umat Islam Indonesia ?

Saya mengajak umat Islam untuk aktif, gigih, tekun, rajin dan bersemangat untuk mempelajari agama Islam.  Sekarang ini umat Islam Indonesia selalu menjadi sasaran orang diluar Islam agar keimanannya terus terganggu agar tidak melaksanakan syariat Islam. Mereka terus menggempur dan menyerbu melalui tayangan televisi dan film-film. Kita khawatir, ini daya hancurnya luar biasa dan tidak main-main.

Karena itu mari rumah tangga masing-maisng kita aktifkan dan memberikan perisai atau tameng, yakni memberikan kepada anak-anak kita aqidah yang merupakan pokok dari iman yang harus dimiliki anak-anak kita yang merupakan amanat titipan Allah. Sebab jika tidak, maka akan berbahaya dan hanyut. Betapa banyak pemuda dan pemudi yang rusak akhlaknya akibat pergaulan bebas disebabkan merajalelanya pornografi.    

Sekelompok masyarakat semakin rusak dan tidak kuat dengan godaan dunia melalui kasus korupsi dan suap menyuap. Sabda Rasulullah SAW: “Tiap-tiap umat ada futnah atau ujian masing-masing. Tetapi umatku fitnahnya harta benda.”Tidak sedikit karena harta dijual agama dan keyakinan, naudzubillah. Mudah-mudahan saja kita kembali agar selamat dunia akhirat dengan pedoman yang telah disabdakan Nabi Muhammad SAW : “Aku telah tinggalkan untukmu dua pusaka. Selama kamu berpegang teguh kepada dua pusaka itu sepeninggalanku, kamu tidak akan tersesat, yakni Kitab Allah (Al Qur’an) dan Sunnahku.” Itulah Hadis, sabda Nabi Muhammad SAW yang memang menjelaskan kandungan Al Qur’an yang wajib kita jadikan pedoman dalam kehidupan. 

Kalau zaman sekarang terkadang kita pusing, Para politisi ngomongnya selalu berubah-ubah setiap waktu, jadi tidak adanya kesatuan antara kata dan perbuatan, mereka tidak jujur dan hanya menjadi lip service belaka. Kita berlindung kepada Allah dari tidak satunya ucapan dengan perbuatan. Naudzubillah min dzalik.

(Abdul Halim)/Suara Islam

Tidak ada komentar:

Pengunjung

Free counters!