Saif Al Battar
Sejumlah kalangan, khususnya ormas-ormas Islam, menolak konser Lady
Gaga yang direncanakan pada 3 Juni 2012. Umumnya alasan penolakan
berkisar dari kostum dan tampilan yang vulgar dan lirik-lirik lagunya
yang melecehkan, termasuk penghinaan atas ajaran Kristen. Karenanya di
kalangan Kristen pun muncul penolakan.
Lady Gaga tampil vulgar, seksi, dan tak sesuai dengan adat ketimuran,
alasan ini mudah ditepis. Mereka yang pro Lady Gaga bisa mengatakan,
yang namanya penyanyi dangdut tak kalah seronoknya. Mereka bilang, lihat
saja penampilan vulgar Trio Macan di atas panggung, mengapa tidak
dilarang?
Sekali lagi, memberi alasan dari sudut kostum, tampilan dan liriknya
yang melecehkan, itu menjadi kurang kuat. Sebab, dari segi kostum dan
tampilan, banyak penyanyi yang tampil seksi di negeri ini tapi tak
dilarang. Karenanya, menurut mereka, Lady Gaga bisa tampil dengan syarat
kostumnya yang sopan sesuai budaya timur. Dalam hal lirik lagu yang
dinilai melecehkan, pihak yang pro Gaga bisa bilang, lagu-lagunya bisa
dipilih dan dikompromikan.
Sejumlah persyaratan itu pulalah yang coba dikompromikan oleh
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk mendukung konser Gaga
itu. Yang teranyar adalah Menkopolhukam Djoko Suyanto. Menteri yang satu
ini bahkan memberi angin dan mengisyaratkan konser Gaga masih mungkin
digelar dengan sejumlah kesepakatan yang harus disetujui masing-masing
pihak(detikcom, 19/5/2012).
Menurut Djoko, hal yang bisa dikompromikan, misalnya kostum,
koreografi, gerak penari dan lirik-lirik lagunya. “Harus disepakati dan
dikompromikan dengan pihak mereka, agar tidak menampilkan yang vulgar,”
kata Djoko.
Djoko mengaku sudah meminta Kapolri Jenderal Timur Pradopo untuk
mengelola dan mengkoordinasikan hal-hal di atas. “Yang terpenting kan
dikelola antara yang pro dan kontra, sehingga show-nya bisa jalan, tapi
aspirasi yang mengkhawatirkan penampilannya juga diwadahi,” imbuhnya.
Jadi, menurutnya, perlu dibuat kesepakatan antara pihak kepolisian,
penyelenggara dan pihak yang kontra. Wow, sepertinya ada indikasi konser Gaga mau diizinkan? Padahal
yang diharapkan, negara-lah yang mestinya turun melarang konser ‘mother
monster’ yang juga dijuluki ‘ratu setan’ ini, bukan malah kompromi mau
mengizinkan. Itu sama saja mau merusak generasi muda kita.
Nah, ini yang sangat disesalkan. Oleh karena dari pihak umat Islam
yang menolak hanya memberi alasan sekadar kostum, tampilan dan lirik
lagunya, maka alasan-alasan ini pastilah mereka coba kompromikan agar
konser tetap berlangsung. Padahal ada alasan utama yang menyebabkan umat
Islam menolak Lady Gaga. Tapi sayangnya hal itu tak diungkapkan.
Dalam acara Indonesia Lawyers Club di TVOne, Rabu malam (16/5/2012)
tak satu pun kalangan yang kontra mengungkapkan alasan utama penolakan.
Alasan-alasan yang dikemukakan masih di seputar tampilan, erotis,
vulgar, yang tak cocok dengan Islam.
Alasan-alasan di atas, betul. Tapi ada alasan utama yang tak
diungkap. Kemunculan Lady Gaga itu ada kaitannya dengan misi Zionis
Yahudi. Gaga, oleh Zionis Yahudi adalah salah satu icon baru di
bidang budaya dan entertain. Zionis, dengan organisasi bawah tanahnya
seperti freemasonry dan illuminati selalu menciptakan sosok-sosok baru
dari berbagai bidang untuk dijadikan idola yang kemudian menjerat
lawan-lawannya.
Menjelang akhir kekuasaan George W Bush, Amerika mengalami krisis
ekonomi yang cukup mengkhawatirkan. Kepercayaan masyarakat dunia
terhadap AS kian menurun. Bagi Zionis—yang sebenarnya merupakan
‘boss’nya Amerika—untuk memulihkan kepercayaan dan kekaguman dunia, maka
negara yang disebut sebagai adidaya ini memerlukan sosok dan icon baru.
Karena itulah, munculnya Barack Obama—keturunan Yahudi hitam—yang
dianggap mampu menghipnotis dunia, menjadi pilihan dan disupport Zionis.
Dan, tak ada figur yang naik jadi presiden Amerika tanpa dukungan
Zionis Yahudi. Kehadiran Obama bisa dibilang mampu mengembalikan
kepercayaan dunia terhadap Amerika. Misi berhasil.
Itu di bidang politik. Di bidang budaya, entertain (hiburan), Zinonis
Yahudi menghipnotis generasi muda—khususnya dari kalangan Islam—dengan
merusak moral dan akhlak mereka. Kehadiran Lady Gaga sarat dengan misi
dekedensi moral. Beberapa butir isi Protocolat Zionis jelas-jelas menyebutkan penghancuran generasi muda itu.
Henry Ford, pendiri dan pemilik perusahaan mobil Ford Amerika Serikat
yang semula tak yakin adanya konspirasi Zionis atas dunia, akhirnya
menulis sebuah buku yang membongkar program-program jahat itu. Dalam
buku yang sempat dimusnahkan Yahudi AS itu, Henry Ford–yang membongkar kebusukan lobi Yahudi, menyimpulkan, untuk mencapai tujuannya kalangan Yahudi menggunakan cara-cara yang sesuai karakter mereka, yakni: dominasi atau hancurkan!
Ford semula tidak begitu percaya keterlibatan Yahudi Internasional dalam
berbagai peperangan dan peristiwa besar di dunia. Ia melakukan
penyelidikan, menggali fakta-fakta, dan menyewa investigator.
Penyelidikan Ford ini kemudian dikenal sebagai Jewish Question. Dari penyelidikan itu, Ford yakin tangan-tangan Yahudi Internasional bermain dalam berbagai peristiwa dunia. Dan, menurutnya, tangan-tangan itu harus dipatahkan.
Melalui Dearborn Independent,
surat kabar kecil yang dibelinya di Michigan, Ford menurunkan hasil
investigasinya yang membeberkan kebusukan Yahudi Internasional di
Amerika. Salah satu temuan Ford adalah Protocol Zionis.
Dokumen ini berisi strategi Yahudi Internasional menguasai dunia,
politik internasional, keuangan dan bisnis, media dan budaya.
Publikasi terhadap Protokol Zionis tersebut menuai kecaman. Ford dianggap Anti-Semit. Dokumen itu oleh kalangan Yahudi dinilai palsu. Ford tidak ingin terjebak perdebatan asli atau palsu. Ia mengatakan, ”…dari apa yang saya ketahui, semua yang terjadi sekarang ini di dunia, sesuai dengan isi dokumen itu.”
Artikel-artikel di surat kabar Dearborn Independent memicu kemarahan kalangan Yahudi. Mereka menuntut Ford minta maaf. Bisnisnya dipersulit sampai mengalami krisis keuangan. Dalam situasi sulit itu, Ford dirawat di rumah sakit akibat kecelakaan mobil secara misterius.
Pada 1977, artikel-artikel Ford itu dibukukan dalam The International Jew. Buku ini sempat menjadi buku terlaris, terjual lebih dari 10 juta copy. Kalangan Yahudi memborong buku ini, membakarnya,merazia toko-toko buku, dan bahkan mencurinya di perpustakaan untuk dimusnahkan.
Kini, Yahudi Internasional diyakini tangannya telah merambah
ke seluruh dunia, ke segala kalangan. Pengaruhnya mendunia, mendominasi
segala wacana. Pengikutnya pun menyebar ke mana-mana, ke segala profesi
dan strata sosial kemasyarakatan. Pengikut, disadari maupun tidak
disadari, pengikut langsung ataupun tak langsung, bahkan sekadar menjadi
fans pengidola dari pengikut tak langsungnya.
Tangannya mengontrol segala peristiwa. Termasuk tak terkecuali,
rentetan peristiwa dalam rangka agenda menghancurkan Palestina, dimana
dunia Arab malahan hampir tidak melakukan apa-apa. Mereka hanya menjadi
penonton saja, saat Palestina dihancurkan. Dan, kita yang di sini pun
disibukkan dengan urusan politik dan pertengkaran antar kita-kita,
termasuk ‘berkelahi’ dalam hal rencana konser Lady Gaga di
sini—sementara sang Zionis dengan gerakan bawah tanahnya bisa jadi
sedang terkekeh-kekeh ‘menonton’ ribut-ribut antara yang pro dan kontra
Gaga.
Dalam agenda penghancuran generasi muda, Indonesia adalah salah satu
sasaran utamanya. Kekayaan alam yang melimpah dan penduduknya yang
mayoritas Muslim, menjadikan negeri ini sebagai sasaran yang sangat
menggiurkan untuk dijadikan ‘mangsa’. Zionis tak perlu bangsa ini
mengganti keyakinannya di KTP, apalagi menjadi Yahudi. Terlebih lagi,
bagi Zionis, Yahudi sebagai bangsa pilihan, mustahil menjadikan orang
non-Yahudi menjadi Yahudi. Maka, adalah aneh ada komunitas yang
menyebut dirinya sebagai Komunitas Yahudi, padahal bukan Yahudi, dan
Zionis Yahudi sendiri tak suka orang non-Yahudi menyebut dirinya Yahudi,
karena bagi mereka Yahudi itu sebuah nama untuk bangsa pilihan.
Tapi, mungkin pihak Zionis membiarkan saja hal ini, karena mereka
berkepentingan komunitas yang menyebut dirinya dengan embel-embel
Yahudi itu sebagai bagian untuk melancarkan misi mereka.
Jadi, bagi Zionis, tak perlu berganti nama dan keyakinan. Cukup pola
pikir dan kelakuan non-Yahudi itu berubah. Maka, dengan penetrasi
budaya lewat sosok yang digandrungi, diidolai dan digila-gilai, sehingga
generasi ini meniru cara berpakaian sang idola yang vulgar, itu
merupakan langkah awal untuk menguasai dan mengendalikan ‘korban’nya.
Program ini sudah tertuang dalam protocolat yang berisi 24 atau 25 butir kesepakatan, di antaranya:
“…Beberapa sarana untuk mencapai tujuan adalah: Minuman keras,
narkotika, perusakan moral, seks, suap, dan sebagainya. Hal ini sangat
penting untuk menghancurkan norma-norma kesusilaan masyarakat. Untuk
itu, Konspirasi harus merekrut dan mendidik tenaga-tenaga muda untuk
dijadikan sarana pencapaian tujuan tersebut.” Berikutnya:
“Pemuda harus dikuasai dan menjadikan mereka sebagai budak-budak
konspirasi dengan jalan penyebarluasan dekadensi moral dan paham yang
menyesatkan.” (Ingat, Lady Gaga adalah salah satu sosok yang sesat
menyesatkan dengan ritual dan kelakuannya yang aneh). Karena itu,
kebebasan berekspresi menjadi “senjata”, yang hakikatnya adalah untuk
meliberalkan korban-korban Zionis supaya tak terikat dengan ideologi dan
keyakinan mereka. Maka, paham liberal pun merasuki generasi ini,
sebagaimana terdapat dalam satu butir Protocolat:
“Paham Liberal harus kita sebarkan ke seluruh dunia agar
pengertian mengenai arti kebebasan itu benar-benar menimbulkan
dis-integrasi dan menghancurkan masyarakat non-Yahudi.” Dalam konteks ini, jelas kehadiran Irshad Manji dan lainnya, misalnya, tak berdiri sendiri. Tapi membawa misi.
Selanjutnya, “Kita
harus berusaha agar opini umum tidak mengetahui permasalahan
sebenarnya. Kita harus menghambat semua yang mengetengahkan buah pikiran
yang benar. Hal itu bisa dilakukan dengan memuat berita lain yang
menarik di surat kabar. Agen-agen kita yang menangani sektor penerbitan
akan mampu mengumpulkan berita semacam itu. Pandangan masyarakat harus
kita alihkan kepada hiburan (dunia entertainment, pen), seni (musik,
pen) dan olah raga.”
Sebagaimana diketahui, Lady Gaga adalah seorang penyanyi yang menjadi
Robot organisasi rahasia Yahudi Illuminati. Asesoris penampilan Gaga
dalam setiap konsernya, secara vulgar menonjolkan lambang Illuminati dan
paganisme. Illuminati adalah sebuah kelompok Zionis Yahudi yang
memiliki hubungan erat dengan Freemasonry, kelompok rahasia dan bawah
tanah Zionis. Illuminati adalah sekte Luciferian (iblis) yang memiliki
arti Sang Pembawa Cahaya. Sekte ini memiliki misi untuk menghancurkan
umat Islam dan non-Yahudi melalui ide pemikiran rusaknya.
Lady Gaga juga merupakan Ratu Iblis Liberal Pemuja Setan. Dalam video
klip lagu Alejandro digambarkan Gaga bersatu dengan Tuhan kaum Nasrani
(Yesus). Lalu dia menyalahkan Tuhan, karena Tuhan tidak dapat memenuhi
keperluan rohaninya. Akhirnya dia mengubah diri dari biarawati menjadi
paderi Luciferian (setan) yang dilambangkan dengan tangan kanan menutup
mata kirinya (menjadi bermata satu, lambang Yahudi). Inilah yang
diprotes kalangan Kristen. Perhatikan dalam tampilan konser dan
perilakunya, Gaga kerap menutup mata kirinya. Jadi, bermata satu. Persis
Dajjal. Itu melambangkan illuminati.
Tak hanya itu, penyanyi haus sex ini juga penyebar Gaya Hidup gay,
lesbian dan Transgender. Salah satu lirik lagu Gaga “Born This Way”
yakni : “..No matter gay, straight, or lesbian, transgendered life… I’m on the right track, baby I was born to survive.” (Tidak peduli gay, lurus, lesbian, kehidupan transgender. Saya dijalur yang benar…).
Lady Gaga merupakan Icon Pornoaksi dan Pornografi. Setiap
kali aksi konsernya, Lady Gaga tidak lepas dari sensasionalnya. Yakni
menampakkan aurat dan meliukkan tarian yang erotis. Tak berhenti sampai
di situ. Gaga juga mengajarkan kemusyrikan. Sebut misalnya, sebelum
memulai konsernya, dia mengadakan ritual pemujaan setan. Ini sebagai
bagian dari upaya mencari sensasi, menarik publik, menggila-gilai bahkan
akhirnya mencontoh dan mengikuti kelakuan Gaga itu.
Lady Gaga mendapat julukan “Ratu Illuminati”, karena dia memang
bagian dari organisasi bawah tanah Zionis Yahudi itu. Illuminati adalah
sebuah kelompok dalam Zionis Yahudi yang memiliki hubungan erat dengan
Freemasonry—kelompok rahasia dan bawah tanah Zionis lainnya.
Historisnya disebutkan ketika kelompok Illuminati dikejar-kejar kelompok
gereja di Eropa, adalah Freemasonry yang menjadi tunggangan Illuminati
untuk berlindung.
Jadi, jika Freemasonry yang merupakan kelompok garis keras dan bawah
tanah Zionis Yahudi, maka Illuminati adalah organisasi lebih atas lagi.
Lebih rahasia. Penuh misteri. Sayangnya, banyak umat Islam yang tidak
menyadari. Karenanya, para tokoh Islam atau yang memahami tentang Zionis
Yahudi, sudah seharusnya dengan serius memberikan informasi tentang
bahaya Illuminati, Freemason, dan lainnya yang berhubungan dengan Zionis
Yahudi. Termasuk para pembawa misi kelompok-kelompok Zionis Yahudi ini.
Salah satunya adalah Lady Gaga.
Jelas sudah, Lady Gaga adalah sosok yang membawa misi Zionis Yahudi.
Dengan kata lain, Gaga adalah sosok yang merusak pemikiran, otak dan
akhlak generasi muda Islam, khususnya melalui budaya. Bagi para
pemerhati konspirasi dan Yahudi, juga nama Lady Gaga sudah tidak asing
sebagai artis penyembah ajaran musyrik (pagan).
Seperti pernah dilansir Dailymail, salah satu pekerja di
Hotel Intercontinental, London menceritakan, bahwa penyanyi
kontroversial tersebut telah meninggalkan cairan mirip darah dalam
jumlah besar di bak mandi hotel. Semua staf hotel sangat yakin Gaga
telah mandi di sana, atau setidaknya menggunakan cairan itu untuk
mendandani kostumnya yang selalu super aneh di atas panggung. Sudah tak
mengherankan lagi, karena Lady Gaga memang terkenal sebagai boneka
illuminati yang memiliki ritual pagan sebagai keharusan.
Jadi, kehadiran Gaga ini sarat dengan misi Zionis lewat gerakan
Illuminatinya. Lirik lagu yang melecehkan keyakinan tertentu seperti
Kristen, kostum dan tarian erotis, hanyalah bagian dari sarana untuk
melancarkan misi itu: merusak dan menyesatkan generasi muda, utamanya.
Jadi, sangat aneh jika ada petinggi organisasi Islam bilang, mau
bagaimana pun kelakuan Lady Gaga, “Iman kami tetap tak terpengaruh.”
Ini pernyataan yang tak bertanggungjawab. Apakah tokoh umat yang
ngomong seperti ini tak memahami bahwa generasi muda perlu diselamatkan?
Okelah Anda dan para anggota dalam organisasi Anda tak terpengaruh
dengan Gaga, tapi apakah Anda tak terpikir dengan ribuan bahkan jutaan
generasi yang tanpa reserve ‘menggila-gilai’ sosok seperti Lady Gaga?
Apalagi, Gaga adalah bagian dari misi Zionis!
Karenanya,
tulisan ini bermaksud ingin mengingatkan kepada pemimpin dan tokoh
umat, agar menjelaskan alasan utama perihal penolakan Lady Gaga di ranah
ini.Ketahuilah, alasan vulgar, erotis, dan lainnya itu mudah
dipatahkan, karena dari para penyanyi di republik ini pun banyak yang
tampil erotis, vulgar dan mengumbar aurat. Tolong bantu umat untuk
menyatakan bahwa alasan utama penolakan Gaga adalah lebih dari itu:
membawa misi budaya yang merusak dan menghancurkan generasi muda dunia.
Kepada Menkopolhukam, hal-hal seperti ini—apalagi mengandung misi Zionis, sebagaimana disebut dalam Protocolat—tak
bisa dikompromikan. Apa jaminannya penampilan erotis, vulgar, umbar
aurat, itu tak muncul, jika sudah di atas panggung? Susah untuk
mengatur-atur penampilan sosok yang sudah membawa misi menghancurkan
generasi untuk santun di atas panggung. Yang dikhawatirkan, jika Gaga
diizinkan konser di sini dengan kesepakatan tak tampil vulgar, kemudian
kenyataan di atas panggung berbeda, lalu barisan yang kontra beraksi,
kemudian terjadilah pembubaran paksa, dan kerusuhan terjadi, inikah yang
diinginkan?
Jangan gegabah. Persoalannya tak sekadar larangan tampil vulgar dan
erotis. Bukan itu. Ada alasan utama di balik penolakan itu. Andai
diizinkan, lalu yang kontra menganggap Gaga tampil erotis dan vulgar,
kemudian terjadi huru-hara, bisa jadi inilah yang diharapkan Zionis dan
kaki tangannya. Sebab, salah satu tujuan Zionis yang terdapat dalam Protocolat adalah
membuat sebuah negeri rusak citranya di mata dunia. Jika terjadi tindak
anarkis dan kerusuhan, citra Indonesia pun menjadi buruk.
Tahukah Anda, yang namanya konflik, kerusuhan, pencitraan yang buruk
terhadap tokoh umat dan ormas Islam, pemunculan aliran sesat—termasuk
munculnya nabi-nabi palsu—dan lainnya, itu merupakan bagian dari modus
Zionis Yahudi untuk menguasai lawan-lawannya yang non-Yahudi, terutama
umat Islam.
Pendek kata, antara maslahat dan mudharatnya jauh lebih besar
mudaharatnya jika Gaga diizinkan tampil. Terlalu besar konsekuensi yang
harus kita tanggung. Itu belum lagi, dari hasil penjualan tiket yang
tergolong mahal, hanya untuk menghadirkan dan menambah kocek Lady Gaga
yang dengan gerakan bawah tanahnya justru untuk menghancurkan kita?
Sadarkah kita, berapa persen dari hasil pundi-pundi Lady Gaga
disisihkan untuk membeli peluru yang kemudian diarahkan untuk membunuh
dan membantai saudara-saudara kita di Palestina?
Sekali lagi, ini tak hanya urusan erotis, vulgar dan umbar aurat,
bukan cuma itu! Ini lebih dari itu, ada misi Zionis di dalamnya. Gaga
adalah bagian dari misi itu dengan organisasi rahasia illuminatinya.
Berlindung di bawah seni budaya dan kebebasan bereskpresi, Illuminatinya
Zionis, lewat Lady Gaga siap melumat-lumat generasi muda ini. Sementara
mereka yang rela berdesak-desakan membeli tiket konsernya tidak sadar
bahwa mereka tengah jadi intaian (mangsa) Zionis–sekaligus sebagai
‘alat’ untuk melancarkan misi mereka.
Tulisan ini tak bermaksud menyatakan bahwa generasi kita bodoh dalam
hal ini. Sebab, kenyataannya, jangankan generasi yang menjadi pembeli
tiket konser Gaga itu, para pemimpin kita pun banyak yang tak tahu atau
tak mau tahu akan misi Zionis ini, termasuk misi yang diperankan Gaga
sebagai icon dan sosok perusak yang sesat menyesatkan.
Para pemimpin mempunyai tanggung jawab terhadap yang dipimpinnya.
Jadi, jika Anda sebagai pemimpin, jangan sembarangan mengambil
keputusan. Dalam konteks ini taruhannya adalah kehancuran generasi muda.
Jangan hanya berpikir hari ini, tapi lebih jauh, ke depannya. Anda,
para pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak.
Sebagaimana disebut dalam Konstitusi, Negara berkewajiban melindungi
warganya. Jika konser Lady Gaga dikatakan merusak pola pikir, ideologi,
keyakinan dan akhlak generasi bangsa ini, maka kewajiban negara untuk
menyelamatkan warganya dengan cara tak mengizinkan konser yang sarat
misi Zionis itu.
Seyogianya, para komentator, pengamat musik, musisi, penyanyi, dan
lainnya, juga menyerap dan memahami apa di balik Lady Gaga dan sederet icon penyanyi
dunia lainnya. Jadi jangan tahunya hanya “kebebasan berekspresi”–dimana
kalimat ini sudah dimanfaatkan dengan baik oleh Zionis.
Akhirnya, semoga Mabes Polri yang berwenang mengeluarkan izin–dan
punya otoritas pula untuk tak memberi izin–secara arif mau menyerap akan
kegelisahan umat yang tak rela anak-anak bangsanya dicekoki dan dikadalin Zionis. Kepada Menkopolhukam Djoko Suyanto, tolong Anda berpikir lebih wisedengan
melihat umat mayoritas yang gundah lantaran khawatir anak-anak mereka
keranjingan dan kesetanan karena sosok Lady Gaga. Dan, sekali lagi,
jangan gegabah!
(salam-online.com/arrahmah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar