Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS Al A’raf 7:96) Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya Berlaku terhadapnya Perkataan (ketentuan kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (QS Al Isra’ 17:16) Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa (QS Al An’am 6:44).

14 Oktober 2014

Peran CSIS Musuh Terbesar Pribumi dan Umat Islam Indonesia

Melihat komposisi elit koalisi Jokowi-JK baik sipil dan / atau purnawirawan maka sulit untuk tidak menyimpulkan bahwa koalisi ini tidak lain adalah koalisi lembaga pemikir (think-tank) bernama Center for Strategic and International Studies (CSIS) yaitu: 

1 Sipil: Jusuf WANANDI (bos CSIS); Sofyan WANANDI (bos apindo dan CSIS); Jacob Soetoyo (elit CSIS, mempertemukan Jokowi-Megawati dengan dubes-dubes negara imperialis di rumahnya); Indra J. Piliang (politisi Golkar pendukung Jokowi-JK yang berlatar belakang peneliti CSIS); The Jakarta Post (koran milik CSIS); Marie Elka Pangestu (elit CSIS); Goenawan Mohamad / GM (pendiri Tempo, bawahan CSIS); Tempo (media milik GM dan Fikri Jufri, menerbitkan berita pesanan CSIS); Todung Mulya Lubis (lawyer bos CSIS), dkk; 


2 Purnawirawan terdiri atas bangunan Benny Moerdani dari CSIS, antara lain: Sutiyoso (Gubernur DKI saat Kerusuhan 13-14 Mei 1998); Agus Widjojo; Fachrul Razi (klik Wiranto dan pengusul Jonny Lumintang sebagai Pangkostrad), Ryamizard Ryacudu (mertuanya Try Sutrisno agen Benny); Agum Gumelar-AM Hendropriyono (bodyguard Mega atas perintah Benny); Theo Syafei (via anaknya Andi Widjajanto); Fahmi Idris (rumahnya lokasi ide Kerusuhan 27 Juli 1996 dan Kerusuhan 13-14 Mei 1998 pertama kali dilontarkan); Luhut Binsar Panjaitan (anak emas Benny Moerdani); Tyasno Sudarto; Soebagyo HS (KSAD saat Kerusuhan 13-14 Mei 1998); Wiranto (agen Benny di kabinet Soeharto); TB Silalahi; TB Hasanuddin, dkk. 


(Anggota sipil dan militer yang terafiliasi CSIS secara bersama-sama akan disebut sebagai "Klik CSIS"). 


Adapun "Kinerja" CSIS selengkapnya bisa dibaca di: http://m.kompasiana.com/post/read/674450/1/pelajaran-sejarah-dan-politik-untuk-joko-anwar.html, dan http: // m .kompasiana.com / post / read / 666158/1 / inilah-yang-terjadi-tahun-1998.html; sedangkan bukti berikut penjelasan bahwa CSIS mendalangi Kerusuhan 27 Juli 1996 dan Kerusuhan 13-14 Mei 1998 dapat dibaca di artikel "Dalang Kerusuhan Mei Mendukung Jokowi" di www.faktajokowi.blog.com. Tulisan ini akan dibuat dengan asumsi bahwa para pembacanya minimal sudah membaca dua artikel tersebut di atas. 


B. Ledakan Bom Tanah Tinggi Dan CSIS 


Sosok Jokowi tidak akan diciptakan CSIS ketika tokoh belakang layar Partai Rakyat Demokratik / PRD yaitu Daniel Indrakusuma alias Daniel Tikuwalu yang dilatih gerilya oleh komunis Filipina dan berhubungan dekat dengan Max Lane, komunis Australia sekaligus donatur utama PRD pada Agustus 1997 tidak membuat PRD deklarasikan perlawanan bersenjata. Seruan tersebut ditindaklanjuti dengan kedatangan tiga pemuda ke Rumah Susun Johar di Tanah Tinggi, Tanah Abang untuk menyewa kamar Blok V, No 510. Lokasi rumah susun tidak jauh dari kantor CSIS di Jl. Tanahabang III / 27, Jakarta Pusat. 


Menurut keterangan Ketua RT, ketiganya tidak bermasalah selama tinggal di sana sampai tiba-tiba hari Minggu, 18 Januari 1998 terjadi ledakan dari dalam kamar mereka karena percobaan merakit bom kecil yang gagal. Ketentuan rumah susun mengatur bila terjadi insiden maka listrik dimatikan, dan hal ini menyulitkan upaya tiga pemuda tadi untuk melarikan diri sampai satu berhasil ditangkap sedangkan dua lainnya melarikan diri dengan luka bakar cukup serius. Orang yang ditangkap warga diketahui bernama Agus Priyono (kini Ketua PRD), aktivis Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID), organisasi sayap PRD dan belakangan aktivis PRD lainnya bernama Rahmat Basuki ditangkap di Jogjakarta. 


Dari pemeriksaan aparat keamanan di lokasi ledakan ditemukan 52 alat bukti yang disita antara lain berupa: laptop berisi email, dokumen notulen rapat, beberapa paspor dan KTP antara lain atas nama Daniel Indrakusuma, buku tabungan, disket-disket, detonator, amunisi, baterai, timer dan lain sebagainya. Adapun isi e-mail dan dokumen yang ditemukan antara lain: 


E-mail dari orang yang memakai nama "Dewa" berbunyi: 


"Teman-teman yang baik! Dana yang dikelola oleh Hendardi belum diterima [Dari Asia Watch], sehingga kita belum bisa bergerak. Kemarin saya dapat berita dari Alex [Widya Siregar] bahwa Sofjan WANANDI dari Prasetya Mulya akan membantu kita dalam dana, di samping itu bantuan moril dari luar negeri akan diurus oleh Jusuf WANANDI dari CSIS. Jadi kita tidak perlu tergantung pada dana yang dikelola oleh Hendardi untuk gerakan kita selanjutnya. "


Pernyataan Dewa diperkenankan anggota PRD bahwa anak buah Sofyan WANANDI pernah menelpon mereka dan menawarkan bantuan dana sebesar US $ 15.000 yang sudah diambil sebagian sebelum bom meledak (Manuver Politik: Sofyan WANANDI & CSIS, Forum Komunikasi Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Indonesia, 1998, hal. 21 ). 


  E-mail lain menyebut nama Surya Paloh, bos harian Media Indonesia yang antara lain menjelaskan: "Peran Surya Paloh pada surat kabar Media sangat membantu rencana kita dalam membakar massa." 


Di mana posisi James Riady, Tahir dan Lippo Grup dalam kelompok ini? (Bersambung) 

* AM Panjaitan

Tidak ada komentar:

Pengunjung

Free counters!