Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS Al A’raf 7:96) Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya Berlaku terhadapnya Perkataan (ketentuan kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (QS Al Isra’ 17:16) Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa (QS Al An’am 6:44).

04 Juni 2017

Din Syamsudin : Pancasila Dipolitisasi Kelompok Tertentu yang Mengklaim Sok Pancasilais


Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia, Din Syamsudin mengungkakan bahwa Pancasila saat ini sedang mengalami politisasi.  Ada selompok tertentu saja yang mengklaim dirinya paling Pancasilais.


"Pancasila mengalami politisasi oleh kelompok romantis yang terjebak romantisme, yang menganggap mereka sajalah yang Pancasilais dan yang lain tidak," ujar Din di Gedung DPR, Jakarta, seperti dilansir viva, Rabu(31/5/2017).

Menurut Din, tidak boleh ada tafsiran tunggal dari Pancasila. Sehingga, para elite bangsa dinilai harus duduk bersama meneguhkan kembali komitmen Pancasila.

"Saya kira, kita harus duduk bersama lagi, cita-cita pendiri bangsa, karena banyak yang keliru pada amandemen," saran Din.

Mantan Pimpinan Muhammadiyah ini juga menegaskan, kalangan Islam juga jangan mau dijebak seolah berhadapan dengan Pancasila. Sebab, Pancasila dinilai Islami. Persoalannya, saat ini kesakralan Pancasila hilang sudah cukup lama.

"Saya kira, tidak hanya pada rezim ini, tetapi sudah cukup lama. Sejak rezim Orde Baru, kita terjebak dengan klaim-klaim saja, dan menjadi senjata untuk memukul pihak lain. Terutama, yang anti-Pancasila," papar Din.

Kalau tak segera diperbaiki, menurut Din, Pancasila hanya tinggal nama. Pancasila bisa jadi hanya tinggal dikenang dalam satu abad kemerdekaan. "Itu tinggal nama dan banyak pihak yang ingin menggantikannya sebagai ideologi. Baik ideologi pemersatu maupun ideologi yang menimbulkan kesejahteraan. Karena, sesuatu yang gagal akan ditinggalkan," tegas Din. (mmc)

Tidak ada komentar:

Pengunjung

Free counters!