Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS Al A’raf 7:96) Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya Berlaku terhadapnya Perkataan (ketentuan kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (QS Al Isra’ 17:16) Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa (QS Al An’am 6:44).

30 Mei 2012

KH Hasyim Muzadi: Tak Ada Negara yang Setoleran Indonesia


Tak ada negara di dunia ini yang setoleran seperti di Indonesia. Bahkan negara-negara Eropa sekalipun. Sebab hingga kini di negara Eropa yang Muslim adalah kaum minoritas, nasib mereka sangat menyedihkan. Berbeda sekali dengan kaum minoritas di Indonesia.

Karena itu Presiden
World Conference on Religions for Peace (WCRP) KH Hasyim Muzadi menyayangkan penilaian sejumlah delegasi negara anggota Dewan HAM PBB yang menyebut Indonesia intoleransi dalam beragama dalam sidang tinjauan periodik universal II (Universal Periodic Review - UPR) di Jenewa, Swiss.

"Selaku Pesiden WCRP, saya sangat menyayangkan tuduhan intoleransi agama di Indonesia. Pembahasan di forum dunia itu pasti karena laporan dari dalam negeri Indonesia," kata Hasyim di Jakarta, Rabu (30/5/2012), seperti dirilis
Republika Online.

Padahal, Indonesia, yang berpenduduk mayoritas Muslim, diakuinya, memiliki tingkat toleransi beragama yang tinggi. "Selama berkeliling dunia, saya belum menemukan negara Muslim mana pun yang setoleran Indonesia," kata Hasyim.


Bahkan, menurut mantan Ketua Umum PBNU, Indonesia juga memiliki toleransi beragama yang lebih baik dibanding sejumlah negara di Eropa. Ia lantas membandingkan dengan Swiss yang sampai sekarang tidak memperbolehkan pendirian menara masjid, juga Prancis yang masih mempersoalkan jilbab.


Hasyim yang juga pengasuh Pesantren Mahasiswa Al Hikam Malang dan Depok itu itu mempertanyakan ukuran intoleransi beragama yang dituduhkan oleh peserta sidang tersebut.


Kalau yang dipakai ukuran adalah masalah Ahmadiyah, kata Hasyim, memang karena Ahmadiyah menyimpang dari pokok ajaran Islam, namun selalu menggunakan "stempel" Islam dan berorientasi politik Barat.


"Seandainya Ahmadiyah merupakan agama tersendiri pasti tidak dipersoalkan oleh umat Islam Indonesia," kata Sekretaris Jenderal
International Conference of Islamic Scholars (ICIS) itu. Kasus GKI Yasmin Bogor, lanjut Hasyim, juga tidak bisa dijadikan ukuran Indonesia tidak toleran dalam beragama.

"Saya berkali kali ke sana, namun tampaknya mereka tidak ingin selesai. Mereka lebih senang Yasmin menjadi masalah nasional dan dunia untuk kepentingan daripada masalahnya selesai," katanya.


Lebih lanjut Hasyim mengatakan, sulitnya pendirian tempat ibadah baru juga bukan ukuran bagi toleransi beragama karena persoalannya lebih pada persoalan lingkungan. "Di Jawa pendirian gereja sulit, tapi di Kupang pendirian masjid juga sangat sulit. Belum lagi pendirian masjid di Papua. ICIS selalu melakukan mediasi," katanya. (
Suara Islam)

Tidak ada komentar:

Pengunjung

Free counters!