Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS Al A’raf 7:96) Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya Berlaku terhadapnya Perkataan (ketentuan kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (QS Al Isra’ 17:16) Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa (QS Al An’am 6:44).

31 Mei 2012

Sekjen FUI : HRW Itu Omong Kosong dan Hipokrit


Isu intoleransi dijual LSM liberal, Human Right Watch (HRW) Indonesia ke Dewan HAM PBB. Padahal apa yang dibawa oleh HRW itu hanya omong kosong dan hipokrit. Seharusnya pemerintah Indonesia tidak mengizinkan orang asing memporak-porandakan kesatuan dan kesatuan negeri Indonesia.

“HRW itu omong kosong dan hipokrit. Pemerintah seharusnya tidak mengizinkan orang asing mengacak-acak kita”, kata Sekjen Forum Umat Islam (FUI), KH Muhammad Al Khaththath.


Ustadz Al Khaththath juga mengatakan bahwa apa yang dikatakan HRW dalam
U niversal Periodic Review (UPR) Dewan HAM PBB di Jenewa, akhir Mei tidak objektif dan tidak ada data statistiknya.

“Mereka biasalah jualan, kalau enggak gitu bukan mereka. Mereka tidak objektif, tidak pakai data lapangan maupun data statistik yang benar”, kritiknya.


Jika isu intoleransi yang diangkat adalah persoalan GKI Yasmin, Ustadz Al Khaththath tentu sangat tidak tepat. Dan itu sekaligus bukti bahwa kalangan Yasmin melakukan internasionalisasi isu lokla itu.


“Kalau mereka pakai isu Yasmin, kekerasan apa yang dipakai oleh warga?, Justru mereka dilindungi dalam demo bertopeng ibadah. Kalau mau ibadah sudah disediakan gedung megah 100 meter dari lokasi bedeng untuk mereka, gratis lagi dibiayai Pemkot. Kok mereka tolak dan ngotot ibadah di lapangan. Itu namanya demo," jelasnya.


Ustadz Khaththath juga mengingatkan isu intoleransi adalah bagian dari pemutarbalikan fakta, karena justru sebenarnya umat Islamlah yang mengalami diskriminasi. Contohnya di umat Islam di Poso yang mengalami Intoleran yang cukup tinggi.


“Bandingkan dengan serangan mereka di Poso, ratusan umat dibantai secara sadis. Dan ketika umat Islam melawan, malah dicap teroris. Lalu ketika di PBB, perwakilan Belanda menekan Indonesia sebagai bangsa yang tidak toleran. Hipokrit kan?,” ujarnya


Bukan hanya itu Ustadz AlKhaththath juga mengomentari pernyataan yang dikatakan oleh Belanda menyinggung kebebasan agama di Indonesia dan meminta pemerintah untuk menghentikan diskriminasi terkait dengan agama. Belanda juga meminta Indonesia untuk menerima reporter khusus PBB untuk kebebasan beragama.


“Coba lihat kelakuan Wilders kepada umat Islam dan umat Islam di Belanda, sangat tidak toleran, rasis dan fasis. Belum lagi kalau Belanda baca sejarah, berapa banyak umat Islam yang mereka bunuh saat penjajahan 350 tahun di Indonesia. Lalu apa mereka tidak ingat bagaimana Kapten Westerling bunuh 40.000 orang umat Islam di Sulawesi? Dan masih banyak yang lainnya,“ tutupnya.


Indonesia mendapat sorotan terkait permasalahan HAM di berbagai bidang dalam sidang Dewan HAM PBB di Jenewa, Swiss. Indonesia dievaluasi 74 negara di dunia melalui mekanisme
Universal Periodic Review, Dewan HAM PBB, dalam sesi ke-13 di Jenewa. Laporan tindakan intoleransi di Indonesia dilakukan oleh Human Right Watch (HRW). Suara Islam

Tidak ada komentar:

Pengunjung

Free counters!