Oleh: Nahimunkar.com
(Salakmalaika) - Mau dibawa ke mana Ummat Islam oleh IMQ-nya YM?
Berita tentang acara wisuda IMQ dengan parade yang menampilkan kemusyrikan barongsai, sebagai berikut.
***
KEMERIAHAN WISUDA AKBAR IMQ KE-4 DI GBK
barongsai

Foto barongsai: ©2013 Merdeka.com/dwi narwoko (insert: Yusuf Mansur)
Salah satu peserta melakukan atraksi BARONGSAI saat mengikuti parade dalam Wisuda Akbar PPPA Darul Quran di Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (30/3 2013)
Acara Indonesia Menghafal Quran ini diikuti puluhan ribu peserta dan dihadiri Imam Masjidil Haram, Sa’ad Al Ghamidi.
Keramaian puluhan ribu peserta saat mengikuti parade dalam Wisuda Akbar PPPA Darul Quran di Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (30/3). Wisuda Akbar Indonesia Menghafal Quran (IMQ) 4 diikuti puluhan ribu peserta dari berbagai kota di Indonesia dan dihadiri oleh Imam Masjidil Haram, Sa’ad Al Ghamidi. /mdk.
***
Al-Qur’an memberantas kemusyrikan, tarian barongsai praktek nyata kemusyrikan, laa haula walaa quwwata illaa billaah
Liong/Naga dan Barongsai. Tradisi ini adalah tradisi wajib pada perayaan Imlek. Dalam kepercayaan warga Tionghoa, Liong dan Barongsai merupakan lambang kebahagiaan dan kesenangan. Pertunjukan tarian singa dan naga ini dipercaya bisa membawa hoki.
Liong dan Barongsai yang merupakan keyakinan kemusyrikan dari negeri Cina itu ditampilkan di acara parade dalam Wisuda Akbar PPPA Darul Quran pimpinan Yusuf Mansur di Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (30/3 2013). Wisuda Akbar Indonesia Menghafal Quran (IMQ) 4 itu diikuti puluhan ribu peserta dari berbagai kota di Indonesia dan dihadiri oleh Imam Masjidil Haram, Sa’ad Al Ghamidi.
Terhadap kelakuan penyebaran kemusyrikan atas nama acara hafalan Qur’an ini, siapakah yang memiliki ghirah Islamiyah yang tidak mengelus dada. Untuk acara wisuda akbar Indonesia Menghafal Al-Qur’an (IMQ) ke-4, kini menampilkan tarian yang mengandung kemusyrikan. Ditampilkanlah tarianbarongsai, tarian dari negeri Cina yang bukan sekadar hiburan tetapi punya makna untuk mengusir roh jahat dan menolak bala’.
Apakah Al-Qur’an itu sekarang agar cukup dihafal saja lalu diadakan upacara wisuda akbar dihadiri ribuan orang sambil agar tidak percaya lagi terhadap benarnya surat al-ikhlash dan surat al-Kafirun?
Padahal ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tegas.
Dalam sebuah hadits panjang, disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَلاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِى بِالْمُشْرِكِينَ وَحَتَّى تُعبَد الأَوْثَان
“…Kiamat tidak akan terjadi hingga sekelompok kabilah dari umatku mengikuti orang-orang musyrik dan sampai-sampai berhala pun disembah…” (Shahih Ibni Hibban Juz XVI hal. 209 no. 7237 dan hal. 220 no. 7238 Juz XXX no. 7361 hal 6, Syu’aib al-Arnauth berkata, “Sanad-sanadnya shahih sesuai dengan syarat Muslim).
Betapa jelas kemusyrikan dalam tarian barongsai, bila dipandang dari ayat-ayat Al-Qur’an. Inilah uraiannya.
Barongsai, Tak Sekadar Hiburan
Kamis, 04-11-2010
Barongsai bukan sekadar seni hiburan, tapi memiliki makna spiritual bagi masyarakat Tionghoa. Tari Barongsai dikenal dengan gerakannya yang energik, ekspresif, menegangkan sekaligus menakjubkan. Tarian ini merupakan perpaduan keserasian dan dinamisasi gerak para penarinya yang atraktif dengan iringan musik tambur, gong, dan simbal.
Para penari atau pemain Tari Barongsai kebanyakan berlatar seni bela diri, kungfu dan Wushu. Hal ini berkaitan dengan gerakan tariannya bergaya akrobatik, yakni dengan salto, meloncat, melompat dan berguling.
Barongsai biasanya digelar bukan hanya pada perayaan-perayaan seperti menyambut Imlek (Spring Festival) atau Cap Go Meh (Lantern Festival), tetapi juga digelar saat upacara-upacara penting lainnya seperti, peresmian perkantoran, toko, pusat perbelanjaan, restoran, hotel, rumah, upacara pernikahan, festival budaya, kelenteng dan sebagainya.
Di negara asalnya, Ti-ongkok, tarian ini disebut dengan Lungwu atau Tarian Singa (simplified Chinese: traditional Chinese: pinyin: wushi). Setidaknya ada tiga jenis barongsai dikenal di dunia, yaitu xuang shi (singa kembar), qing shi (singa hijau), dan xing shi (singa sadar).
Barongsai di sana juga bukan sekadar seni hiburan semata, tapi dipercaya memiliki makna spiritual sebagai penolak bala juga mengekspresikan sebuah optimisme, kedamaian dan kesejahteraan.
Barongsai juga digambarkan sebagai simbol dari singa yang berani dengan memiliki sifat sebagai
‘Raja Rimba yang perkasa’ melindungi yang lemah. Selain itu singa juga dilambangkan binatang yang dipercaya memiliki kekuatan mistis dan magis yang bisa mengusir roh jahat atau tolak bala. Zaman dahulu permai-nan ini sering bermain dalam istana kekaisaran yang tujuannya untuk menghibur para penonton.
Secara keseluruhan, gerakan utama dari tarian barongsai adalah gerakan singa yang memakan amplop berisi uang yang disebut dengan istilah lay see. Di atas amplop tersebut biasanya ditempeli dengan sayuran selada air yang melambangkan hadiah bagi sang singa. Proses memakan lay see ini biasanya berlangsung sekitar separuh bagian dari seluruh tarian barongsai itu.
Sejarah Barongsai
Berbagai versi muncul mengenai asal mula tarian Barongsai ini. Dalam sebuah buku ‘Festival Tradisi Budaya China’ karangan Dr Kai Kuok Liang di Shanghai RRC menyebutkan bahwa Singa datang dari bagian Barat daratan China. Waktu itu dinaiki oleh Pangeran Bun Cu Phu Sak yang membawa ajaran Budha ke Tiongkok, dikenal dengan zaman Lima Dinasti-Han (947-950 SM).
Sedang cerita lain mengatakan, tarian ini sudah ada pada zaman Dinasti Xie Han. Saat itu, Kekaisaran Han Bu Tie mengutus Menteri Chang Chiau ke bagian Barat Tiongkok. Sewaktu kembali, sang Menteri Chiau membawa sebuah seni budaya setempat, yakni permainan singa (Tarian Barongsai).
Ada pula yang menyebutkan tarian ini sudah ada sejak abad ke-5 atau zaman dinasti Sung, atau zaman Selatan-Utara. Versi lain menyebutkan, tarian ini sudah digelar sejak masa Dinasti Thang (618-907 sebelum masehi).
Sementara, menurut seorang guru besar asal Universitas Jinan, China, Huang Kun Zhang, menyebutkan Tarian Barongsai ada sejak tahun 420-589 Masehi, yakni pada zaman pemerintahan dinasti Selatan-Utara atau Nan Bei. Ketika itu, pasukan Raja Song-Wen-Di kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah Raja Fan-Yang dari negeri Lin Yi.
Timbullah sebuah inisiatif dari sang panglima perang Raja Song Wen Di bernama Zhong Que untuk membuat sebuah boneka tiruan Singa yang sangat besar. Upaya sang panglima ternyata tidak sia-sia, dia berhasil mengusir pasukan gajah yang lari ketakutan karena melihat singa raksasa yang siap menerkam dan menyerang mereka.
Di Indonesia, Barongsai mulai masuk pada abad 17 atau saat terjadi migrasi besar-besaran dari China Selatan. Nama Barongsai menurut versi Indonesia berasal dari dua suku kata, Barong dan Sai. Kata Barong, berasal dari bahasa Melayu yang mirip dengan kesenian barong asal dari Jawa atau barong/singa-singaan dari Bali, sedang kata Sai berasal dari sebuah dialek Hokkian yang bermakna Singa. Suku Hakka sendiri menyebutkan permainan Barongsai ini dengan Tsam Sie Theu.
Mulanya keberadaan seni Tionghoa ini cenderung sembunyi-sembunyi dan tidak dipertontonkan secara umum. Namun sejak Inpres No. 14 Tahun 1967 dicabut dengan Keputusan Presiden (Keppres) No. 6 tahun 2000, kesenian ini mulai bangkit.
Barongsai di Indonesia sendiri sebenarnya mengalami masa maraknya ketika zaman masih adanya perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan. Setiap perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan di berbagai daerah di Indonesia hampir dipastikan memiliki sebuah perkumpulan barongsai.
http://www.ujungpandangekspres.com/view.php?id=55718&jenis=Etnik
***
Apakah Umat Ini Aman dari Ancaman Syirik?
Banyak peringatan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umat akhir zaman terhadap bencana syirik. Bahkan beliau tegaskan umatnya kelak ada yang mengekor kaum musyrikin hingga berhala pun disembah.
Dalam sebuah hadits panjang, disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَلاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِى بِالْمُشْرِكِينَ وَحَتَّى تُعبَد الأَوْثَان
“…Kiamat tidak akan terjadi hingga sekelompok kabilah dari umatku mengikuti orang-orang musyrik dan sampai-sampai berhala pun disembah…” (Shahih Ibni Hibban Juz XVI hal. 209 no. 7237 dan hal. 220 no. 7238 Juz XXX no. 7361 hal 6, Syu’aib al-Arnauth berkata, “Sanad-sanadnya shahih sesuai dengan syarat Muslim).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“لا تقوم الساعة حتى يرجع ناس من أمتي إلى أوثان كانوا يعبدونها من دون الله- عز وجل”.
“Tidak akan terjadi hari kiamat hingga sekelompok kaum dari umatku kembali kepada berhala. Mereka menyembah berhala tersebut di samping Allah Subhanahu wa Ta’ala .(Riwayat Abu Dawud al-Thayalisi dari Musa bin Muthir, lemah. Ithaful Khirah wal Mahrah Bizawaid Juz 8 hal. 34).
Autsan dalam bentuk jamak (plural) dari watsan, artinya berhala. Watsan adalah segala sesuatu yang mempunyai bentuk badan yang biasanya dibuat dari unsur tanah, kayu, atau bebatuan seperti bentuk manusia. Benda ini dibentuk, dimuliakan, dan disembah. Kadang juga watsan mencakup sesuatu yang tidak berbentuk gambar/bentuk.Shanam adalah gambar tanpa bentuk badan.
Sesembahan ini, kalau zaman jahiliyah berbentuk patung-patung orang saleh, sekarang bisa diwujudkan dalam kuburan-kuburan atau petilasan-petilasan orang shaleh yang dianggap shaleh. Kini ada pembela kesyirikan menganggap melarang orang berdoa di kuburan merupakan bentuk kurang ajar kepada para wali, alias tidak mau menghormati orang yang layak dihormati, bahkan dicap sebagai pengikut iblis yang tidak mau menghormati Adam. Subhanallah!
Gaya-gaya perilaku kaum Musyrik kini memang banyak melanda kaum Muslimin. Di antaranya bersumpah dengan selain Allah, kasidah yang penuh dengan bait-bait syirik, mengubur orang saleh dalam masjid, menjadikan kuburan sebagai tempat perayaan dan ibadah, melakukan nadzar untuk para wali, menyembelih korban di kuburan para wali, thawaf mengitari kuburan yang dianggap wali, bahkan ada yang bersujud kepada kuburan kiai. Di Solo bahkan orang berjubel untuk membuntuti kerbau yang dijuluki Kyai Slamet. Hewan bule ini setiap bulan baru Muharram dilepas mengelilingi kraton Solo. Di antara yang hadir berebut mendapatkan kotoran hewan yang sering menjadi lambang kebodohan tersebut. Ya, kotorannya dijadikan rebutan. Diambil berkahnya, kata mereka. Mereka bukan hanya orang tua, tetapi juga anak-anak muda! Di belahan lain ada sekelompok orang yang tekah bersyahadat, mengantar sesajen ke gunung Lawu dan Merapi. Yang lain memberikan sedekah laut alias larung sesaji ke pantai laut Selatan. La haula wala quwwata illa billah.
Zaman memang sudah bergeser, berubah dari kondisi zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hingga seorang pakar hadits Imam Bukhari membuatkan sebuah bab dalam Shahih-nya ‘Bab Taghayuru al-Zaman hatta tu’badu al-Autsan—Berubahnya Zaman hingga Berhala Kembali Disembah Shahih Bukhari Juz VI hal. 2604.
Bahkan kelak dedengkot berhala kaum musyrikin Quraisy akan kembali diagungkan. Aisyah berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« لاَ يَذْهَبُ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ حَتَّى تُعْبَدَ اللاَّتُ وَالْعُزَّى ».
“Malam dan siang tidak akan lenyap (terjadi kiamat) hingga Lata dan Uzza kembali disembah.” (Shahih Muslim : 6907, Sunan al-Tirmidzi no. 2228, dan Musnad Ahmad no. 8164, Mukadimah Masail Jahiliyah juz I hal. 16).)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam punya perhatian yang lebih terhadap ancaman kesyirikan, hingga pada hari meninggalnya beliau masih sempat mengingatkan umatnya agar tidak mengikuti perilaku Ahli Kitab yang berlebihan dalam memuji nabi dan orang saleh, sikap mereka menyeret kepada syirik besar. Akankah kita sebagai umatnya yang kini semakin lemah justru merasa aman dari syirik. Sungguh, muslim bergaya syirik kini sedang ngetrend. Semoga kita diselamatkan oleh Allah!
(Dikutip dari Majalah Fatawa Vol. V/No. 03, Jogjakarta, Rabi’ul Awwal 1430, Maret 2009 hal. 8-11)
http://nahimunkar.com/276/trend-muslim-bergaya-musyrik/
Mengenai wisuda IMQ, sehari sebelumnya telah dijelaskan acara yang akan berlangsung. Inilah beritanya.
Syekh-Al-Hazimi-dan-Yusuf-Mansur
Jumat, 29 Maret 2013 18:25:40 WIB

Ustadz Yusuf Mansyur Gelar Wisuda Akbar Penghafal Al Quran

JAKARTA (Pos Kota) – Program Pembibitan Penghafal Al Qur’an (PPPA) Pesantren Daarul Qur’an pimpinan Ustadz Yusuf Mansur, akan menggelar Wisuda Akbar Indonesia Menghafal Qur’an (IMQ) 4 di Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, pada Sabtu, 30 Maret 2013. Wisuda kolosal tersebut bakal diikuti puluhan ribu peserta dari berbagai kota di Tanah Air.
Menurut Ustadz Yusuf Mansur, sejak pekan pertama Maret 2013, ribuan kandidat wisudawan telah mengikuti seleksi yang diselenggarakan PPPA Daqu Pusat dan cabang. “Mereka baik santri maupun masyarakat umum, menyetor hafalan (muraja’ah) Surah Al Baqarah ayat 1-50 atau An Nabaa’ ayat 1-40,” katanya saat ditemui di Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an, Cipondoh, Tangerang, kemarin.
PPPA Daqu Bandung mengirim peserta lebih 1000 orang. 1000 lebih dari Sumatera Utara dan Aceh serta Sumatera Selatan juga Bangka Belitung. Sementara dari Jabodetabek, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Lampung, Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan lainnya mengirim lebih dari 5000 peserta.
Wisuda Akbar Indonesia Menghafal Qur’an 4, bakal dihadiri sejumlah ulama dan qari’ internasional. Diantara Syekh Saad Al-Ghomidi dan DR Abdullah bin Ali Basfar (Saudi Arabia), Syekh Abdul Jamal Yusuf (Gaza), DR Amin Kurdi (Lebanon), Syekh Thoriq (Kementrian Agama dan Wakaf Qatar) serta DR Kholid (Lebanon). (Anggara/d) poskotanews.com
***
ORANG MUSYRIK, HARAM MASUK SURGA
{إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ} [المائدة: 72]
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS Al-Maaidah: 72)
Sumber: Nahimunkar.com  /   arrahmah.com)